Sebuah Tulisan Pembangkit Motivasi Untuk Memperbaiki Diri

Di suatu sore, seorang anak bernama Syamil datang kepada ayahnya yang sedang baca koran. “Ayah, ayah” kata sang anak. “Ada apa Syamil?” tanya sang ayah.

“Aku capek, sangat capek … aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus, sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek… aku mau menyontek saja! Aku capek. sangat capek!

Aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! Aku capek, sangat capek!

Baca entri selengkapnya »

Pada suatu sore yang cerah, seorang cendekiawan ingin menikmati pemandangan laut dengan menyewa sebuah perahu nelayan dari tepi pantai. Setelah harga sewa per jam disepakati, keduanya melaut tidak jauh dari bibir pantai.

Melihat nelayan terus bekerja keras mendayung perahu tanpa banyak bicara, sang cendekiawan bertanya: “Apa Bapak pernah belajar ilmu fisika tentang energi angin dan matahari?”

“Tidak” jawab nelayan itu singkat.

Cendekiawan melanjutkan “Ah, jika demikian Bapak telah kehilangan seperempat peluang kehidupan Bapak” Nelayan cuma mengangguk-angguk membisu. “Apa Bapak pernah belajar sejarah filsafat?” tanya cendikiawan. “Belum pernah” jawab nelayan itu singkat sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Baca entri selengkapnya »

Cerita remaja ini berawal saat seorang anak SMA yang bernama Ais sedang duduk-duduk di teras rumahnya. Tiba-tiba ia melihat remaja sebaya sedang naik sepeda lalu jatuh tersungkur tepat di depan rumahnya. Isi tas plastik anak gadis itu tumpah dan berhamburan ke luar. Tanpa berpikir panjang, Ais segera menolongnya. Ais membantunya berdiri dan mengumpulkan barang-barangnya yang berserakan di jalan. Semprotan serangga, tali, dan beberapa barang lain yang dibawa remaja itu akhirnya sudah masuk ke dalam tas plastiknya lagi. Ais juga melihat kaki pemuda itu terluka, maka Ais memintanya mampir sebentar agar lukanya bisa diobati. Anak ABG itu menyetujuinya dan mereka berdua masuk rumah.

Baca entri selengkapnya »

8 x 3 = 23

Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.

Pembeli berteriak: “3×8 = 23, kenapa kamu bilang 24?”

Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: “Sobat, 3×8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi.”

Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: “Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan”.

Yan Hui: “Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?”

Pembeli kain: “Kalau Confusius bilang saya salah, aku potong kepalaku untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?”

Yan Hui: “Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu”.

Baca entri selengkapnya »

Melihat Neneknya sedang asyik menulis Zakin bertanya, “Nenek sedang menulis apa?”

Mendengar pertanyaan cucunya, sang Nenek berhenti menulis lalu berkata, “Zakin cucuku, sebenarnya nenek sedang menulis tentang Zakin. Namun ada yang lebih penting dari isi tulisan Nenek ini, yaitu pensil yang sedang Nenek pakai. Nenek berharap Zakin dapat menjadi seperti pensil ini ketika besar nanti.”

“Apa maksud Nenek bahwa Zakin harus dapat menjadi seperti sebuah pensil? Lagipula sepertinya pensil itu biasa saja, sama seperti pensil lainnya,” jawab Zakin dengan bingung.

Nenek tersenyum bijak dan menjawab, “Itu semua tergantung bagaimana Zakin melihat pensil ini. Tahukah Kau, Zakin, bahwa sebenarnya pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup.”

“Apakah Nenek bisa menjelaskan lebih detil lagi padaku?” pinta Zakin.

“Tentu saja Zakin,” jawab Nenek dengan penuh kasih.

 

Baca entri selengkapnya »

Alkisah di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak, ada Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik.

Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu, dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu, air makin naik membasahi kaki Cinta.

Tak lama, Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu. ”Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!” teriak Cinta.

”Aduh! Maaf, Cinta!” kata kekayaan, ”perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini.”

Baca entri selengkapnya »

Hukum Menabur dan Menuai

Pada suatu hari seorang pemuda, sebut saja si-A, sedang berjalan di tengah hutan, tiba-tiba ia mendengar jeritan minta tolong. Ternyata ia melihat seorang pemuda sebaya dengan dia, sebut saja si-B, sedang bergumul dengan lumpur yang mengambang, semakin bergerak malah semakin dalam ia terperosok. Si-A dengan sekuat tenaga memberikan pertolongannya, dengan susah payah si-B dapat diselamatkan. Si-A memapah si-B pulang ke rumahnya.

Ternyata rumah si-B sangat bagus, besar, megah dan mewah. Ayah si-B sangat berterima kasih atas pertolongan yang diberikan kepada anaknya, dan hendak memberikan uang. Si-A menolak pemberian tersebut. Ia berkata bahwa sudah selayaknya sesama manusia menolong orang lain yang dalam kesulitan. Sejak kejadian ini mereka menjalin persahabatan.

Baca entri selengkapnya »

Hidup Adalah Pilihan

Ada 2 buah bibit tanaman yang terhampar di sebuah ladang yang subur.

Bibit yang pertama berkata, “Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku dalam-dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan Matahari, dan kelembutan embun pagi pucuk-pucuk daunku.”

Baca entri selengkapnya »

Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. “Lihat cangkir itu,” kata si nenek kepada suaminya. “Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat,” ujar si kakek.

Baca entri selengkapnya »

Seorang Maharaja akan berkeliling negeri untuk melihat keadaan rakyatnya. Ia memutuskan untuk berjalan kaki saja. Baru beberapa meter berjalan di luar istana, kakinya terluka karena terantuk batu. Ia berpikir, “Ternyata jalan-jalan di negeriku ini jelek sekali. Aku harus memperbaikinya.”

Baca entri selengkapnya »